
"Saya memang belum menerima dan membaca surat edaran itu. Tapi saya sangat mendukung kebijakan Dikti itu. Karena sangat mendukung terhadap peningkatan kualitas mahasiswa. Baik untuk S-1, S-2 dan S-3," jelas Rektor UIN Maliki Malang, Prof DR H Imam Suprayogo, kepada Kompas.com, Sabtu (4/2/2012).

Banyak sarjana susah bicara apalagi menulis. Kalau ada
kebijakan itu, adalah langkah tepat untuk dilakukan semua kampus di
Indonesia
-- Rektor UIN Maliki Malang, Imam Suprayogo

"Saya sangat prihatin melihat kondisi itu. Makanya, saya sangat mendukung, dan UIN siap mendukung dan pelaksanakan kebijakan itu," ujarnya.
"Banyak sarjana susah bicara apalagi menulis. Kalau ada kebijakan itu, adalah langkah tepat untuk dilakukan semua kampus di Indonesia. Kalau orang yang lulus sarjana, sama saja dengan yang tidak lulus sarjana, mending tidak usah sekolah," lanjut Imam.
Lebih lanjut, Imam yang pernah meraih rekor Museum Rekor Indonesia karena kebiasannya menulis, mengaku, minimnya budaya menulis di kalangan mahasiswa menyebabkan banyak karya tulis yang ternyata tak asli alias plagiat.
"Hal itu bukan hanya S-1. Tapi S-2 dan S-3 juga banyak, hanya karena untuk meraih gelar saja," tegasnya.
Jurnal terakreditasi
Di UIN Maliki Malang, kata Imam, saat ini ada tiga jurnal yang diakui oleh Dikti. Lainnya, lebih dari 10 jurnal fakultas yang diakui oleh kalangan internal.
"Ada Jurnal Kharokah, jurnal milik Fakultas Humaniora dan Budaya serta jurnal milik Fakultas Psikologi," ujar Imam.
Ketika ditanya apakah akan menemui hambatan untuk menjalankan kebijakan itu, Imam mengatakan, hal itu tak terlalu sulit untuk dilakukan. Sebab, di UIN Maliki Malang, menurutnya, sudah terbangun budaya menulis. Majalah di level jurusan yang dikelola mahasiswa sudah berjalan secara reguler.
"Saya tak akan kerepotan. Karena mahasiswa di UIN tak terlalu banyak. Setiap tahunnya hanya menerima 1.600 mahasiswa baru. Setiap tahunnya meluluskan sarjana 1.200 sarjana, dari 6 fakultas yang ada," katanya.
(source : KOMPAS.com)
No comments:
Post a Comment